STATISTIK
PENGERTIAN
RATA-RATA
MEAN , MEDIAN ,
MODUS
DOSEN PENGAMPUH: RIZALMAN M,pd
Oleh
Kelompok 5
Ariyani TF. 100553
Siti awaliah TF. 100603
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA
SYAIFUDDIN JAMBI
PEMBAHASAN
Pengertian
rata-rata
Istilah “rata-rata” dalam kehidupan kita sehari-hari sebenaranya
merupakan istila yang acapkali kita jumpai bahkan sering kita gunakan;karena
istilah tersebut kiranya bukan lagi merupakan istilah yang asing bagi kita.
Nilai rata-rata dari sekumpulan data yang berupa angka itu pada
umumnya mempunyai kecenderungan untuk
berada disekitar titik pusat penyebaran data angka tersebut;karena itulah
nilai rata-rata atau ukuran rata-rata itu dikenal pula dengan nama ukuran tendasi pusat. Nilai rata-rata juga
dikenal dengan istilah ukuran nilai pertengahan, sebab niali rata-rata itu pada
umumnya merupakan nilai pertengahan dari nilai-nilai yang ada. Selain itu,
karena nilai rata-rata itu biasanya berposisi pada sekitar sentral penyebaran nilai yang ada , maka nilai
rata-rata itu pun yang dikenal dengan nama ukuran posisi pertengahan.
Dari uraian diatas secara singkat dapat dikemukakan bahwa apa yang
dimaksud dengan rata-rata itu tidak lain adalah “ tiap bilangan yang dapat
dipakai sebagai wakil dari rentetan nilai rata-rata itu wujudnya hanya satu
bilangan saja;namau dengan satu bilangan itu akan dapat tercermin gambaran
secara umum mengenai kumpulan atau deretan bahan keterangan yang berupa angka
atau bilangan itu.
a.
Ukuran
rata-rata dan macamnya
Dalam
statistic, rata-rata itu mempunyai beberapa bentuk atau macam; masing-masing
dengan arti yang berbeda. Berhubungan dengan itu ,papabila dalam menganalisis
data statistic kita gunakan istilah “rata-rata”,kita harus dapat menyatakan
dengan tegas dan jelas “rata-rata” macam atau jenis manakah yang kita maksudkan
itu.
Adapun macam
“rata-rata”atau “ukuran rata-rata”yang
dimiliki statistic sebagai ilmu pengetahuan ialah:
o
Rata-rata
hitung atau nilai rata-rata hitung(aritmetis
mean)yang sering disingkat dengan mean yang umumnya dilambangkan dengan M
atau X.
o
Rata-rata
pertengahan atau nilai rata-rata pertengahan atau nilai rata-rata letak (median atau medium) , yang umumnya
dilambangkan : Mdn atau Me ,Mn.
o
Modus atau mode
, yang biasa dilambangakan dengan Mo
o
Rata-rata ukur
atau nilai rata ukur ( geometric mean )yang
biasa dilambangkan dengan GM
o
Rata-rata
harmonic atau nilai rata-rata harmonic (harmonic
mean), yang biasa dilambangkan dengan HM.
Dari kelima ukuran seperti yang disebutkan diatas yang mempunyai
relevansi dank arena sering di pergunakan sebagai ukuran didunia statistic
pendidikan adalah : mean, media ,modus.
b.
Nilai rata-rata
hitung mean
Seperti
yang dikemukakan terdahulu dalam bahasa inggris nilai rata-rata hitung dikenai
dengan istilah aritmetik mean, atau disingkat dengan Mean saja. Untuk ringkas
kata,dalam buku ini istilah yang dipakai pada dasarnya adalah mean.
Sebagai salah
satu ukuran yang tendensi pusat,mean dikenal dengan ukuran yang menduduki
tempat terpenting terpenting jika dibandingkan dengan ukuran tedensi lainnya.
Dalam kegiatan penelitian ilmiah yang mengguanakan statistic sebagai metode
analisis data mean dapat dikatakan hamper selalu dipergunakan atau dihitung.
Dalam kehidupan sehari-hari pun dengan sadar atau tida, sebenarnya kebnayakan
orang tlah menggunakan sebagai salah satu ukuran
A.
Pengertian mean
Secara singkat MEAN dapat dikemukakan sbb;
Mean dari sekelompok(sederetan) angka ( bilangan) adalah jumlah
dari keseluruhan angka (bilangan) yang ada, dibagi dengan bnyaknya angka
bilangan tersebut.
Ex.
Misalkan seorang siswa SMA memiliki nilai hasil ulangan dalam
bidang studi PAI,BI,MTK,FISIKA,BIO,SEJARAH berturut-turut 8,9,7,4,6,dan 5.
Untuk memperoleh nilai mean nilai hasil ulangan tersebut adalah :
Nilai yang ada itu kita jumlahkan dan dibagi dengan banyaknya nilai
tersebut :
8 + 9 + 7 + 4 + 6 + 5= 6,50
6
Jika keenam nilai tersebut dilambangkan dengan : X1 X2
X3 X4 X5 X6 Dan banyaknya nilai itu
dilambngkan N ,maka mean dari Keenam nilai tersebut adalah :
Mx = X1 + X2 + X3 +
X4 +X5 + X6
N
Apabila kita rumuskan secara umum , maka :
Mx = X1 + X2 + X3 +
X4 +X5 + X6………….. Xn
N
Atau disingkat menjadi :
Mx = åX
N
Inilah rumus umum atau rumus dasar untuk mencari atau menghitung
mean.
a.
Cara mencari
mean
Ada dua macam
cara data tunggal :
1.
Cara mencari
mean dari data tunggal yang seluruh skornya berfrekuensi satu
Rumus yang
digunakan
Untuk mencari
mean data tunggal yang seluruh skornya berfrekuensi satu adalah:
Mx = åX
N
Mx = MEAN yang kita cari
Ã¥X = jumlah dari skor-skor(nilai-nilai)yang
ada
N = Banyaknya skor-skor itu sendiri
Table 3.1
Perhitungan
mean hasil belajar seorang siswa SMA memiliki nilai hasil ulangan dalam bidang
studi PAI,BI,MTK,FISIKA,BIO,SEJARAH.
X
|
F
|
9
8
7
6
5
4
|
1
1
1
1
1
1
|
39=Ã¥X
|
6=N
|
Dari table 3.1
telah kita peroleh : å X =
39, sedangkan N=6 dengan demikian:
MX =
Ã¥X = 39 =
6,50
N 6
2.
Cara mencari
mean dari data tunggal dimana sebagian atau seluruhannya skornya berfrekuensi
lebih dari satu
Rumus yang
digunakan
Karena data
tunggal yang akan kita hitung meannya baik sebagian atau seluruhnya skornya
berfrekuensi lebih dari Satu. Maka rumus mencari meannya : MX = åX
N
Mx = MEAN yang kita cari
Ã¥X = jumlah hasil dari perkalian antara
masing-masingskor dengan
frekuensinya
N = Banyaknya skor-skor itu sendiri
Ex.
Dalam evaluasi
belajar tahap akhir (EBTA) bidang studi FISIKA yang diikuti 100 siswa kelas
terakhir FISIKA A, diperoleh nilai hasil EBTA sebagaimana tertera pada table
3.2.
Table 3.2
Hasil EBTA
bidang studi FISIKA dari 100 Orang siswa kelas terakhir FISIKA A
Nilai
(x)
|
Frekuensi
(f)
|
10
9
8
7
6
5
4
3
2
|
1
2
4
20
35
22
11
4
1
|
total
|
100=N
|
Yang berdiri
dari tiga kolom. Pada kolom 1 kita muat nilai hasil EBTA yang akan kita cari
mean-nya, kolom 2 memuat frekuensi
masing-masing nilai hasil EBTA tersebut,sedangkan pada kolom ke3 kita muat
hasil perkalian tiap-tiap skor(nilai) yang ada dengan frekuensinya
masing-masing.
TABEL 3.3
X
|
F
|
fx
|
10
9
8
7
6
5
4
3
2
|
1
2
4
20
35
22
11
4
1
|
10
18
32
140
210
110
44
12
2
|
TOTAL
|
100 = N
|
578 = åfx
|
Table 3.3 telah berhasil kita peroleh: å fx = 578 sedangkan N telah kita ketahui = 100. Dengan demikian
mean dapat kita peroleh dengan mudah, dengan menggunakan rumus :
MX =
Ã¥fX
N
Maka ,
MX =
Ã¥fX = 578
=5,780 atau 5,78
N 100
b.
Cara mencari
mean untuk data kelompok
Untuk data
kelompok mean dapat diperoleh dengan menggunakan dua metode, yaitu metode panjang dan metode singkat.
1.
Mencari mean
data kelompok dengan menggunakan metode panjang
Pada
perhitungan mean yang menggunakan metode panjang, semua kelompokan data (interval)
yang ada terlebih dahulu dicari nilai tengah atau midpoint-nya. Setelah itu,tiap
midpoint diperkalikan dengan frekuensi yang dimiliki oleh masing-masing
interval yang bersangkutan.
Rumus yang
dipergunakan :
MX = åfX
N
Mx =
MEAN yang kita cari
Ã¥X = jumlah dari hasil perkalian antara midpoint dari masing-masing
interval, dengan frekuensinya
N = Banyaknya skor-skor itu sendiri
Ex.
Dalam tes
seleksi penerimaan siswa baru SMA swasta yang diikuti 800 calon, diperoleh
nilai hasil test bidang studi bahasa inggris sbb :
Table 3.4
Interval
nilai
|
F
|
75-79
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
|
8
16
32
160
240
176
88
40
32
8
|
total
|
800
= N
|
Table 3.5
Perhitungan
mean data yang tertera pada table 3.4 dengan menggunakan metode panjang.
Interval
nilai
|
F
|
X
|
fx
|
75-79
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
|
8
16
32
160
240
176
88
40
32
8
|
77
72
67
62
57
52
47
42
37
32
|
616
1152
2144
9920
13680
9152
4136
1680
1184
256
|
total
|
800 = N
|
-
|
43920 = åfx
|
Dari table 3.5
telah kita peroleh åfx =
43920, adapun N=800. Dengan demikian:
MX =
Ã¥fX = 43920
= 54,90
N 800
2.
Mencari mean
data kelompok dengan menggunakan metode singkat
Rumus yang
digunakan :
Jika dalam
perhitungan mean dipergunakan metode, maka rumus yang dipergunakan adalah sbb:
Mx =
M’ + i Ã¥fx
N
Mx = mean
M’ = mean tekanan atau mean
taksiran
i = interval class(besar atau luas nya
pengelompokan data)
Ã¥fx = jumlah dari hasil
peerkalian antaratititk tengah buatan sendiri dengan frekuensi dari
masing-masing interval
N = Banyaknya skor-skor itu sendiri
Ex.
Jika misalnya
data yang disajikan pada table 3.4 kita cari meannya dengan menggunakan metode
singkat , maka proses perhitungan dalam langkah perhitungannya adalah (lihat
table 3.6)
Interval
nilai
|
F
|
X
|
X’
|
Fx1
|
75-79
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
|
8
16
32
160
240
176
88
40
32
8
|
77
72
67
62
(57)M’
52
47
42
37
32
|
+4
+3
+2
+1
0
-1
-2
-3
-4
-5
|
+32
+48
+64
+160
0
-176
-176
-120
-128
-40
|
total
|
800 = N
|
-
|
|
-336 =Ã¥fx
|
Menghitung
mean-nya, dengan menggunakan rumus
Mx =
M’+ i Ã¥fx
N
Karena M’,i,
fx’ dan N telah kita ketahui (yaitu : M’ = 57, i = 5, Ã¥fx’= -336 dan N= 800, maka dengan mensubtitusikannya kedalam rumus
diatas, dapat kita peroleh mean-nya:
Mx =
M’+ i Ã¥fx = 57+5 -366
N 800
= 57-1680 = 57-2,10 = 54,90
800
Dengan rumus
atau metode singkat ternyata mean yang kita peroleh adalah persis sama dengan
mean yang kita peroleh dengan menggunakan metode panjang, yaitu : M = 54,90.
3.
Kelemahan mean
Sebagai ukuran
rata-rata, mean yang menyandang kelemahan seperti dikemukakan dibawah ini:
1)
Karena Mean
diperoleh atau berasal dari hasil perhitungan terhadap seluruh angka yang ada,
maka jika dibandingkan dengan ukuran rata-rata lainnya perhitungan relative
lebih sukar.
2)
Dalam
menghitung Mean, sangat diperlukan ketelitian dan kesabaran, lebih-lebih
apabila dihadapkan kepada bilangan yang cukup besar, sedangkan kita tidak
memiliki alat bantu perhitungan, seperti : mesin hitung, kalkulator, dan
sebagainya.
3)
Sebagai salah
satu ukuran rata-rata, Mean kadang-kadang sangat dipengaruhi oleh angka atau
nilai ekstrimnya, sehingga hasil yang diperoleh kadang terlalu jauh dari
kenyataan yang ada.
Contoh : Siswa
“A” memiliki nilai rapor untuk lima macam bidang studi, masing-masing 6,6,6,6,
dan 6, sehingga nilai rata-rata hitungnya= 30 : 5 = 6. Siswa “B” untuk kelima
bidang studi yang sama, memperoleh nilai 10, 4,3,8, dan 5, sehingga Nilai
Rata-rata juga 30:5=6. Siswa “C” untuk kelima bidang studi tersebut memiliki
nilai-nilai 10, 2,2,6, dan 10 yang berarti nilai rata-rata Hitungnya = 30:5=6.
Contoh lain
:”A” memiliki uang Rp. 8000,-. “B” memiliki uang Rp. 6900,- sedangkan “C”
memiliki uang Rp. 100,-. Jadi rata-rata tiap anak memiliki uang Rp. 15.000,-
dibagi 3 = Rp. 5000,- (terlalu menyimpang dari kenyataan yang ada).
B.
Nilai Rata-rata Tengah (Median)
a.
Pengertian
niali rata-rata pertengahan (median)
Yang
dimaksud dengan nilai rata-rata pertengahan atau median adalah suatu nilai dan
angka yang membagi suatu distribusi data kedalam dua bagian yang sama besar.
Dengan kata lain, nilai rata-rata pertengahan atau median adalah nilai atau
angka yang diatas nilai atau angka tersebut terdapat 1/2N dan dibawahnya juga
terdapat 1/2N. itulah sebabnya nilai rata-rata ini dikenal sebagai nilai
pertengahan atau nilai posisi tengah, yaitu nilai menunjukan pertengahan dari
suatu distribusi data.
b.
Cara mencari
nilai rata-rata pertengahan
Cara
mencari nilai rata-rata pertengahan untuk data tunggal
1.
Mencari nilai
rata-rata pertengahan untuk data tunggal yang seluruh skornya berfrekuensi 1
Untuk
data tunggal yang seluruh skornya berfrekuensi 1 dan number of cases-nya berupa bilangan gasal (yaitu:N=2n+1),maka
median data yang demikian itu terletak pada bilangan yang (n+1).
Ex.
9
orang mahasiswa menempuh ujian lisan dalam mata kuliah tehnik evaluasi
pendidikan. Nilai mereka adalah sebagai berikut: 65 75 60 70 55 50 80 40 30.
Untuk
mengetahui nilai berapakah yang merupakan nilai rata-rata pertengahan atau
median dari kumpulan nilai hasil ujian tersebut, pertama deretan itu kita atur
mulai dari nilai terendah sampai nilai yang tertinggi:
30
40 50 55 60 65 70 75 80
Kita
lihat dalam deretan nilai diatas , bilangan ke-1 adalah 30, bilangan k-2=40 dan
seterusnya sampai nilai ke-9
Karena
N=9,sedangkan rumus bilangan gasal adalah : N= 2n+1, maka 9 = 2n+1
9 =
2n+1
9-1
= 2n
2n =
8
n =
40
Dengan
demikian nilai yang merupakn nilai rata-rata pertengahan atau median dari nilai
hasil ujian lisan tersebut adalah nilai (bil) yang ke-(4+1) atau bilangan ke-5
yaitu nilai 60.
2.
Mencari nilai
rata-rata pertengahan untuk data tunggal yang sebagian atau seluruh skornya
berfrekuensi lebih dari 1
Untuk
data tunggal yang seluruh skornya berfrekuensi 1dan number of cases-nya
merupaka bilangan genap (yaitu : N=2n),maka median atau nilai rata-rata
pertengahan data yang demikian itu terletak antara bilangan yang ke-n dan ke
(n+1).
Ex.
Tinggi
badan 10 orang calon yang mengikuti tes seleksi penerimaan calon penerbang
enunjukan angka sebagai berikut: 168 162 169 170 164 167 161 166 163 dan 165cm.
Cara
mencari nilai rata-rata pertengahan atau mediannya sama seperti telah
dikemukakan di atas , yaitu pertama-tama deretan angka itu terlebih dahulu kita
atur berderet ,mulai dari nilai terendah sampai dengan nilai yang tertinggi.
161 162 163 164
165 166 167 168 169 170
1
2 3 4
5 6 7
8 9 10
Karena
N = 10 (merupakan bilangan bulat) , sedangkan rumus untuk bilangan bulat adalah
;= 2n, maka : 10 =2n
N
= 5
Jadi
median atau nilai rata-rata pertengahan dari tinggi badan 10 orang peserta tes
seleksi calon penerbang tu terletak antara bilangan ke-5 dan ke (5+1), atau
antara bilangan ke-5 dan ke-6 dalam deretan angka-angka di atas, bilangan ke-5 adalah 165 sedangkan
bilangan ke-6 adalah 166.
Jadi
Mdn = 165+166 =165,50
2
Table median nilai hasil ujian dari 9 orang
mahasiswa
X
|
f
|
80
75
70
65
60
55
50
40
30
|
1
1
1
1
1
1
1
1
1
|
Total
|
9=N
|
Median tinggi badan 10 orang
calon yang mengikuti tes calon
penerbang
X
|
F
|
170
169
168
167
166
165
164
163
162
161
|
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
|
Total
|
10=N
|
Mdn = 165 + 166 = 165,50
2
3.
Mencari nilai
rata-rata pertengahan untuk data tunggal yang sebagian atau seluruh skornya
berfrekuensi lebih dari 1
Apabila
data tunggal yang akan kita cari nialai rata-rata pertengahan atau mediannya,
sebagian atau seluruh skornya berfrekuensi lebih dari satu , sebaiknya kita
tidak menggunakan cara seperti yang telah dikemukakan diatas , melainkan kita
menggunakan rumus sbb :
Mdn
= +
1/2N- fkb atau : Mdn =
U- 1/2N-fkb
F1 f1
Mdn = median
=
lower limit (batas bawah nyata dari skor yang mengandung median
fkb = frekuensi komulatif yang
terletak dibawah skor yang mengandung median
f1 = frekuensi asli (frekuensi
dari skor yang mengandung median)
N = number of cases
U = upper limit (batas atas nyata
dari skor yang mengandung median )
Fka = frekuensi komulatifyang terletak
diatas skor yang mengandung median
4.
Cara mencari
nilai rata-rata pertengahan untuk data kelompok
Cara
menghitung dan jalan fikiran yang ditempuh untuk menghitung atau mencari nilai
rata-ratapertengahan dari data kelompok adalah sama saja dengan apa yang telah
dikemukakan di atas. Letak perbedaannya adalah jika pada data tunggal kita
tidak perlu memperhitungkan interval kelas (i) sedangkan pada data kelompok
kelas interval (i), itu harus ikut diperhitungkan , sehingga rumus diatas tadi berubah menjadi:
Mdn
= +
1/2N-fkb X I dan Mdn =
u – 1/2N-fka Xi
F1 f2
Mdn = median atau nilai rata-rata pertengahan
=
lower limit (batas bawah nyata dari skor yang mengandung median
fkb = frekuensi komulatif yang
terletak dibawah skor yang mengandung median
f1 = frekuensi asli (frekuensi
dari skor yang mengandung median)
N = number of cases
U = upper limit (batas atas nyata
dari skor yang mengandung median )
Fka = frekuensi komulatifyang terletak
diatas skor yang mengandung median
C.
MODUS (MODE)
Ukuran
rata-rata ketiga yang kita pelajari disini adalah modus atau mode, yang umumnya
dilambangkan dengan Mo.
Modus
tidak lain adalah suatu skor atau nilai yang mempunyai frekuensi paling banya;
dengan kata lain, skor atau nilai yang memiliki nilai frekuensi maksimal dalam
distribusi data.
a.
Cara mencari
modus
Untuk
mencari data tunggal
Mencari
modus untuk data tunggal dapat dilakukan dengan mudah dan cepat sekali; yaitu
hanya dengan memeriksa (mencari) mana diantara skor yang ada, yang memiliki
frekuensi paling banyak. Skor atau nilai yang memiliki frekuensi paling banyak
itulah yang kita sebut modus.
b.
Cara mencari
modus untuk data kelompokan
Untuk
mencari modus dari data kelompokan,digunakan rumus sbb:
Mo= + fa Xi atau
Mo = u
- fb Xi
Fa + fb fa
+ fb
Mo = modus
= lower limit (batas bawah nyata
dari interval yang mengandung modus)
Fb =frekuensi yang letaknya dibawah interval
yang mengandung modus
U = upper limit ( batas atas nyata dari
interval yang mengandung modus)
I = interval class (kelas
interval)
Ex.
Nilai
yang berhasil dicapai oleh 40 orang mahasiswa dalam mata kuliah ilmu
perbandingan agama adalah sebagai berikut :
Table
3.10
Nilai
hasil ujian semester mata kuliah ilmu perbandingan agama dari 40 orang
mahasiswa
Interval
nilai
|
f
|
85-89
80-84
75-79
70-74
65-69
(60-64)
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
|
2
2
3
4
5
fa
(10) maksimal
5
fb
4
3
2
1
|
Total
|
40 = N
|
Dari
table 3.10 dapat kita ketahui, interval nilai yang mengandung modus adalah
interval 60-64, karena interval nilai tersebutlah yang memiliki frekuensi
paling banyak. Dengan diketahuinya interval yang mengandung modus, maka
berturut-turut dapat kita ketahui : lower limitnya(l) = 59,50, upper limitnya
(u)64,50;
Fa
= 5; fb=5adapun i=5
Dengan
mensubtitussikan kedalam rumus pertama dan rumus kedua,maka dengan mudah dapat
kita ketahui modus dari data tersebut :
Rumus
pertama
MO
= + fa Xi =
59,50 + 5 Xi
Fa + fb 5+5
= 59,50 + 2,50 = 62
Rumus
kedua
Mo
= u- fa Xi =
64,50 - 5 X 5
Fa + fb 5+5
=
64,50 – 25 = 64,50 – 250 = 62
10
c.
Penggunaan
modus
Mencari
modus kita lakukan apabila kita berhadapan dengan kenyataansebagai berikut :
·
Kita ingin
memperoleh nilai yang menunjukan aturan rata-rata dalam waktu yang paling
singkat
·
Dalam mencari
nilai yang menunjukan nilai rata-rata itu kita meniadakan factor ketelitian ,
artinya : ukuran rata-rata itu kita kehendaki hanya bersifat kasar saja.
·
Dari data yang
sedang kita teliti (kita cari modusnya) kita hanya ingin mengethui cirri
khasnya saja.
d.
Kelebihan dan
kelemahan modus
Seperti dapat kita
pahami dari uraian di atas , kebaikan modus dapat menolong diri kita dlam waktu
yang paling singkat memperoleh ukuran rata-rata yang merupakan cirri khas dari
data yang kita hadapi.
Adapun kelemahan ialah kurang teliti karena modus terlalu mudah
dicapai. Selain itu jika frekuensi maksimal yang terdapat dalam distribusi
frekuensi data yang kita teliti itu lebih dari satu buah , maka akan kita
peroleh modus yang banyaknya lebih dari satu buah. Kemungkinan lainya , bias
terjadi bahwa dalam suatu distribusi frekuensi tidak dapat kita cari atau
tentukan modusnya, disebabkan karena semua skor yang ada mempunyai frekuensi
yang sama. Walhasil , sebagai salah satu ukuran rata-rata, modus sifatnya labil
(tidak stabil).
cara mencari fb nya gmn tolong diberi cara secara lengkap
BalasHapussangat bermanfaat..
BalasHapusbagus sekali,,,,,dan bermanfaat,,,
BalasHapustidak ada sumbernya
BalasHapusSama sekali tidak membantu 👎
BalasHapusMkasih ya
BalasHapusContoh soal dan pembahasannya gk ada
BalasHapus